Thursday, April 7, 2011

BEING ENGAGED? WRONG WAY


BERPACARAN?
JALAN YANG SALAH


Cikarageman, 19 Maret 2010.

Pada umumnya, ada dua macam cara berpikir ketika seseorang dihadapkan pada masalah hubungan serius, yaitu pacaran. Yang pertama adalah mereka yang berpikir bahwa pacaran hanyalah sebagai bonus dalam sebuah hubungan. Mereka ini menganggap pacaran hanya untuk mengisi kekosongan. Bagi mereka ini, pacaran bukanlah sesuatu yang harus diseriusi. Bagi mereka, ‘single’ tetap lebih menyenangkan. Kemudian, yang lain adalah mereka yang berpikir bahwa pacaran adalah sesuatu yang mereka ‘butuhkan’. Mereka memandang pacaran adalah hubungan yang serius sehingga mereka menjadi tidak bijaksana tatkala memutuskan untuk berpacaran, yang sarat dengan perasaan berlebihan, kesedihan, kekecewaan, dan patah hati. Mayoritas orang dewasa yang masih ‘single’ termasuk tipe orang yang kedua, yaitu ingin dicintai, dimanja, dan mempunyai hubungan yang aman. Lalu mereka pun melakukannya: pacaran.

Pacaran menjadi sebuah hubungan yang serius tatkala seseorang merasa kuatir tidak laku, atau takut kesepian. Alasan mereka lebih disebabkan oleh ketakutan terhadap status ‘single’ atau ‘sendirian’. Hal ini sangat umum dan sering menyebabkan frustrasi. Mereka yang menempuh jalan ini merasa tidak mampu mewujudkan impiannya untuk memiliki cinta sejati. Cinta sejati itu adalah orang yang sangat diharapkan dan disukai sesuai impiannya di waktu masih muda, dimana ia yakin dengan kemampuan pasangannya kelak dalam menjaga hati dan kehidupannya sampai di akhir masa. Semua ketakutan itu menyebabkan seseorang tergesa-gesa dalam memutuskan untuk melabuhkan hati, yaitu pacaran.

Jika seseorang memutuskan untuk berpacaran hanya karena ia merasa takut kesepian, dan bukannya karena ia telah menemukan orang yang dicarinya selama ini, maka ia harus bersiap-siap untuk patah hati dan sering terluka. Jika seseorang tetap bertahan dalam pacaran, hal itu bisa menyebabkan seseorang memasuki kehidupan yang sebenarnya tidak ia harapkan. Orang-orang yang sudah mengalami sakit hati dan patah hati ketika berpacaran, akan berpikir dua kali untuk menjalin hubungan baru. Mereka akan lebih berhati-hati dalam menentukan calon pasangannya, apakah calon pasangannya itu adalah orang yang benar-benar ia kehendaki atau bukan. Pengalaman bisa memberikan sudut pandang baru, sehingga seseorang akan lebih selamat dalam menjalin hubungan, karena ia sudah menimbang berbagai kemungkinannya untuk masa depan.

Mari kita lihat lebih dalam mengapa seseorang memutuskan memiliki hubungan serius. Kita yakin bahwa kehidupan yang ideal adalah orang yang dicintai, lalu menikah dan biasanya kemudian mempunyai anak. Mempunyai keluarga sendiri dan hidup berdampingan dengan kekasih hati sampai tua adalah impian kita sejak muda. Ketika kita memasuki usia remaja, kita mulai mereka-reka pasangan seperti apa yang ideal bagi kita, yang bisa memenuhi kebutuhan kita, yang sehat dan penuh kemesraan. Namun ketika pasangan ideal itu tidak kita temukan selama sekian lama, kita pun merasa putus asa. Pada akhirnya, siapa saja yang mampu memenuhi kebutuhan fisik dan batin kita, yang bisa memberi kita kasih sayang, mencoba mengerti kita, mendukung kita ketika kita dalam kesulitan, maka di saat itulah kita memutuskan untuk memilihnya, pacaran, dan menikah.

Ada beberapa aspek terlibat ketika seseorang memutuskan untuk tidak hidup sendiri lagi. Ia mungkin tidak menyadari bahwa ia sudah dalam hubungan serius pacaran/menikah. Di awal hubungan mungkin mereka merasa lega karena ia telah terlepas dari kesulitan-kesulitan pada waktu hidup ‘single’ atau sendirian. Dari kehidupan yang ‘bebas’ ketika masih sendirian, mereka mulai memasuki kehidupan yang penuh dengan tekanan dan kewajiban. Kemungkinan besar, hubungan seperti ini akan mengalami banyak badai dan pertengkaran, ataupun kalau damai, mereka tidak merasakan kekuatan cinta yang penuh gairah. Hal ini disebabkan oleh hubungan yang didasari oleh keinginan memiliki hubungan yang aman, bukan didasari oleh rasa cinta yang sesungguhnya.

Berpacaran membawa kebahagiaan hanya sebentar. Kata kuncinya adalah ‘sebentar’. Ketika seseorang mengambil keputusan untuk berhubungan dengan orang yang tidak ideal, tidak sesuai kriteria yang sudah ia tetapkan, berarti ia telah menutup pintu untuk menemukan cinta sejatinya. Hal ini tentu saja tidak adil bagi diri sendiri maupun bagi pasangannya. Semua orang membutuhkan cinta. Kita semua membutuhkan seseorang yang memperhatikan kita lebih dari orang lain. Kita semua membutuhkan perasaan aman dari pasangan. Sedangkan pacaran yang didasari rasa putus asa dalam menemukan cinta sejati hanya akan menyakiti perasaan pasangan kita, karena kita sebenarnya tidak mencintainya sepenuh hati.

Jika kalian ingin berpacaran, tanyakan dulu pada diri sendiri: Apakah kamu ingin menghabiskan hidupmu dengannya selamanya? Apakah kamu yakin tidak akan merasa tertekan dan patah hati? Apakah kamu yakin akan bahagia bersamanya? Jika kamu memutuskan untuk berpacaran dengan seseorang yang sebenarnya tidak kamu cintai dan bukan orang yang sebenarnya kamu cari, tahukah kamu bahwa pacaran seperti itu hanya akan menghasilkan kekecewaan ketika hubungan berakhir?

Kita semua memiliki kemampuan untuk membayangkan masa depan yang indah, membayangkan pasangan yang ideal. Maka lihatlah ke dalam hatimu yang paling dalam, tipe orang seperti apa yang sebenarnya akan mampu memenuhi kebutuhan hatimu. Tetap menjaga harga diri dan menunggu seseorang yang akan memberimu cinta sejati adalah tindakan yang bijaksana. Kamu harus yakin dengan standar pasangan yang kamu inginkan, yang sesuai dengan standar yang telah kamu tentukan. Ketidakyakinan untuk mempertahankan status ‘single’ dan memutuskan untuk berpacaran dengan orang yang salah, hanya akan membuatmu kehilangan kesempatan untuk hidup bahagia dengan seseorang yang benar-benar kamu cintai.

Diterjemahkan secara bebas oleh MALIQUE











No comments:

Post a Comment