Friday, April 8, 2011

MRS. MIECHA


Oh……Bu Miecha!
Aku, Lidya & teman-temanku yang bernama, Alin, Winny & Inez kemana-mana selalu bersama. Kebetulan aku bersahabat dengan mereka sejak SD. (Saat-saat itu mereka sangat nakal di sekolah, jajan pada jam pelajaran & selalu berisik pada saat guru sedang menjelaskan)
Banyak hal aneh yang sering mereka lakukan. Hingga sampai saat mereka naik kelas IX, sikap mereka pun tetap saja tidak berubah.
“Lin, Nez, Ny! Sekarang jam kosong, anter gue jajan yuuk…!?” ajak Luna.
”Loe aja gih sana! Gue takut di marahin sama guru!” jawab Winny.
”Penakut loe!”
”Tau nih gak biasanya dia kaya gini?” tanya Alin.
”Tenang aja lagi! Kan guru-guru lagi pada ngajar.”
”Udah cepet! Mumpung pelajarannya kosong!”
Mereka bertiga pun langsung menuju kantin.
Sampai di kantin, mereka pun bersantai-santai & asyik ngobrol. Tiba-tiba Bu Icha memergoki mereka yang tengah asyik makan di kantin.
”Hei….kalian ngapain di sini!” bentak Bu Icha.
”Lagi makan bu!” jawab Luna.
”Kalian tidak tahu sopan santun! Sekarang kalian masuk ke kelas!”
Mereka bukannya mendengarkan apa yang di sampaikan Bu Icha, mereka malah asyik makan. Karena Bu Icha kesal dengan ulah mereka, Bu Icha pun pergi dengan wajah murung & kesal. Selesai mereka jajan, mereka pun masuk ke kelas & mereka mulai ikut pelajaran. Tidak di sangka pada saat di tengah pelajaran, Pak Kepala Sekolah tiba-tiba masuk.
”Assalamualaikum,….maaf menganggu sebentar, saya minta kepada Luna, Winny, Inez & Alin ikut saya ke kantor saat ini juga!” Dengan tegas Pak Kepala Sekolah memanggil mereka. Mereka pun kaget.
”Ada apa nih…?” tanya Luna. Tanpa berpikir panjang, mereka pun langsung ikut ke kantor. Tiba di kantor, ”Kalian tahu kenapa saya memanggil kalian?” bentak Pak Kepala Sekolah.
”TIDAK”, sahut mereka berempat.
”Karena kalian telah keluar kelas & jajan ke kantin, kalian saya hukum!” bentak Pak Kepala Sekolah dengan nada keras.
”HAH…dihukum! Pasti gara-gara Bu….!” dengan kagetnya mereka teriak.
”Loh…. ko di hukum? Kan gak ada peraturan tidak boleh ke kantin pada saat jam pelajaran kosong, Pak…!” jawab Inez.” Tidak ada toleransi! Sekarang kalian saya hukum! bersihkan seluruh toilet, kelas & ruang guru!” sentak Pak Kepala Sekolah dengan wajah penuh amarah. Lalu mereka pun keluar dengan wajah muram. ”Pasti Bu Icha yang ngadu…!” dengan kesal mereka berkata seperti itu. Mereka pun menjalani hukuman & harus menanggung malu atas kenakalan mereka.
”Aduh…..sebel, Sebel! Pokoknya gue sebel! Kalau bukan Pak Kepala Sekolah yang ngasih hukuman, gue gak bakalan mau kaya gini!”
”Sama, gue juga gak bakalan mau kayak gini,” jawab Inez. “Udah… sabar lagian kita juga yang salah,” sahut Winny.
”Ih… loe gimana sih, masa dihukum sabar!” bentak Alin. ”Udah jangan berisik kalian mau cepet pulang gak…!” seru Luna. Tiba-tiba Bu Icha lewat di hadapan mereka.
”Makanya, kalian tuh harus nurut kalau dikasih tau guru, coba kalian nurut sama saya pasti kalian gak akan dihukum seperti ini,” dengan wajah senang dan ceria Bu Icha berkata kepada mereka.
”Yaaa Buuu Ichaaa!” seru mereka dengan wajah kesal. Hukuman pun telah selesai dan mereka pun pulang.
Esoknya…
Mereka masuk seperti biasa. karna ada pelajaran Bu Icha mereka diam-diam ke kantin saat pelajaran dia.
 “Gak apa-apa nih kita gak ikut pelajaran Bu Icha?” Alin ketakutan.
 ”Ngapain takut? Kalau dihukum juga paling suruh bersihin WC lagi!” Dan ternyata lagi-lagi Bu Icha memergoki mereka. “Kalian rupanya tidak ada kapok-kapoknya, emang kalian mau ibu suruh mencabut seluruh rumput yang ada disekolah ini!!” bentak Bu Icha. Apakah mereka diam? Tak diduga, mereka ternyata kabur dan meninggalkan kantin tanpa perlu menanggapi Bu Icha.
”Hey…kalian mau kemana?!”
Mereka pun berlarian ke gerbang sekolah. Bu icha hanya terdiam dan menghela napas atas perlakuan mereka.
Seminggu setelah kejadian itu, mereka merencanakan sesuatu. Karena tepat pada tanggal 26 Mei, Bu Icha ulang tahun.
“Udah disiapin belum jebakannya?” tanya Luna.
”Udah beres,“ jawab Inez, Winny, dan Alin.
”Siap.“
Dari kejauhan Bu Icha pun berjalan menuju kelas IX. Tepat di teras kelas, Inez dan Luna memasang tali dan menaruh telur, minyak goreng dan kelereng untuk ngerjain Bu Icha. “Buuukkk…,” suara Bu Icha terjatuh. Ternyata Bu Icha tergeletak di depan kelas dengan kepala yang bercucuran darah.
”Yess…!” sorak mereka berempat. Anak-anak pun berhamburan keluar melihat Bu Icha yang tergeletak tak berdaya. Tanpa disadari, Bu Icha langsung dibawa ke puskesmas. Mereka berempat juga ikut mengantar Bu Icha. Sesampainya disana keadaan Bu Icha ternyata parah. Lalu mereka kaget dengan wajah yang memucat.
“Gue nyesel banget nih!! Udah banyak melakukan kesalahan sama Bu Icha,” kata Luna dengan lemas.
 “Iya nih,” jawab teman-temannya. Lalu mereka menangis dengan penuh rasa bersalah. Setelah itu, mereka bersama-sama melihat keadaan Bu Icha dan masuk sambil memeluk Bu Icha yang sedang terkulai lemas.
“Maafkan kami, Bu! Kami menyesal sudah melukai Ibu,” seru mereka penuh penyesalan.
 “Sudah..sudah.. Kalian jangan menangis, kalian sekarang ke kantin saja!!” bentak Bu Icha.
 “Ibu…! Kami siap kok dihukum walaupun itu berat, asalkan Ibu mau memaafkan kami.”
Lalu seorang suster datang menghampiri mereka, “Maaf, karena kami tidak mempunyai peralatan yang memadai untuk perawatan Anda terpaksa kami merujuk Anda ke rumah sakit yang lebih memadai.”
Lalu dibawalah Bu Icha dengan ambulans. Sementara itu mereka pulang dengan rasa penuh sesal.
Keesokan harinya…
Mereka tiba di sekolah dengan mata yang sembab meratapi kesalahannya. Tiba-tiba Pak Kepala Sekolah mengumumkan sesuatu.
”Kepada seluruh siswa saya memberitahu bahwa ada berita duka cita untuk kita. Kemarin tanggal 26 Mei telah berpulang ke rahmatullah guru kita tercinta BU MIECHA SARI. Dia menghembuskan nafas terakhir pada pukul 15.15 WIB di saat dia akan dibawa ke rumah sakit. Dia menghembuskan nafas terakhir di ambulans karena luka di kepalanya semakin parah. Maka dari itu saya mohon untuk bersama-sama kita membaca doa untuknya. Alfatihah…” Setelah pengumuman itu Luna, Alin, Inez & Winny hanya bisa menangis meratapi kesalahannya. Kini permohonan maaf kepada Bu Icha pun belum tersampaikan.
Selesai.



I’M SORRY MY TEACHER
YOU’RE ALWAYS THE BEST

Pesan:
“Janganlah sesekali kalian melakukan kesalahan baik kepada teman atau guru. Hormati dan patuhilah gurumu seperti engkau menghormati orang tuamu. Karena ketahuilah bahwa perkataan guru itu adalah doa yang mujarab maka janganlah kalian melakukan kesalahan yang fatal seperti cerita di atas. Meminta maaf itu lebih mudah dari pada memaafkan.”

Yours,

IX-Y



No comments:

Post a Comment