KUANTUM KEHIDUPAN
Awal manusia pasti yaitu kelahiran.
Akhir hidup manusia juga pasti yaitu kematian.
Tapi manusia menjalani hidup secara acak,
dengan kemungkinan perilaku dan kemungkinan nasib yang tak terbatas,
dan tidak bisa dijelaskan dengan hukum-hukum obyektif atau matematis.
Tapi, Allah sudah mencatat segalanya itu dalam kitab Lauh Mahfudz!
(Malique J)
Kuantum adalah bentuk tunggal dari kata kuanta. Kuanta yang dimaksud adalah kuanta cahaya, yaitu sebuah konsep yang digulirkan oleh Max Plack (1858-1947). Dari teori itu juga, kita sering mendengar konstanta Plack.
Kuanta yang dimaksud adalah ‘paket-paket kecil’ dari gelombang cahaya. Kenapa disebut paket-paket kecil? Karena sebelum itu manusia hanya percaya bahwa cahaya adalah gelombang yang merambat secara kontinyu atau terus menerus tanpa bisa dipotong-potong menjadi paket-paket kecil. Karena gelombang bukanlah partikel. Mengapa sebelumnya cahaya dipercaya sebagai gelombang? Karena cahaya bisa menyebar ke arah mana saja (difraksi) dan itu adalah ciri khas kelakuan gelombang. Dan itulah yang dibuktikan oleh Thomas Young (1773-1829), bahwa cahaya merambat sebagai gelombang.
Bagaimanapun juga, pendapat Plack masih berupa teori karena dia belum punya bukti kuat apakah partikel yang dimaksud itu, supaya Plack bisa membuktikan bahwa cahaya merupakan susunan partikel-partikel (dalam hal ini adalah elektron) yang bisa dipotong-potong seperti halnya benda padat, walaupun ukurannya sangat kecil dan massanya super ringan, yaitu 9,9 x 10-28 atau 0,0000000000000000000000000099 gram? Lalu datanglah Albert Einstein (1879-1955) dengan teori fotolistriknya. Dia menjelaskan bahwa partikel yang dimaksud itu adalah partikel cahaya atau dikenal sebagai foton. Teori fotolistrik ini sempat ditentang oleh Andrews Millikan, dan ia mengadakan berbagai eksperimen untuk membuktikan bahwa Einstein salah. Ironisnya, ternyata hasil dari semua penelitiannya selalu sesuai dengan teori Einstein. Teori Einstein juga membuktikan bahwa partikel cahaya bisa dikonversi menjadi tenaga, seperti yang sudah kita lihat sekarang, yaitu mobil tenaga sinar matahari. Selanjutnya, Einstein berpendapat bahwa cahaya terdiri atas partikel-partikel yang bergerak super cepat, yaitu 300.000 km/detik. Dan ia dikenal dengan dua teori relativitasnya.
Yang jadi pertanyaan adalah kapan cahaya sebagai gelombang berubah menjadi cahaya sebagai partikel? Mungkinkah dua sifat yang berbeda dimiliki oleh sesuatu dalam waktu bersamaan? Hasilnya adalah ketiadaan. Dan bagaimana partikel cahaya ini dijelaskan dengan alat pendeteksi gelombang? Jawabannya sederhana: tidak bisa dijelaskan.
Teknologi Hitachi Jepang juga membuktikan bahwa elektron jelas merupakan partikel yang bisa ditembakkan seperti peluru yang berukuran sangat kecil. Tetapi, begitu ilmuwan Jepang menerapkan metode Young dengan alat difraksinya, ternyata elektron yang ditembakkan menghilang setelah melewati alat eksperimen dan tidak bisa dilacak sampai elektron itu menempel ke bidang sasaran tembak dalam bentuk gambar gelombang!
Pada akhirnya semua ilmuwan yakin bahwa cahaya merupakan gelombang sekaligus partikel dalam waktu yang bersamaan. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Tak seorangpun bisa menjelaskan sampai sekarang. Ketidakpastian ini menggegerkan dunia sains yang terkenal dengan kaidah-kaidah dan hukum-hukumnya yang pasti, mapan, dan teratur. Einstein sampai tidak habis pikir dan tidak suka dengan kenyataan ini. Dia berkata, “Tidak mungkin Tuhan bermain dadu.”
Dengan adanya kenyataan ini, maka dunia sains mulai curiga bahwa segala sesuatu di alam ini sebenarnya memiliki dualitas, sehingga muncullah hukum-hukum baru yang pada intinya menganggap bahwa segala sesuatu tidak bisa lagi dipandang sebagai materi baku (partikel) yang konstan dan stabil, melainkan ada kemungkinan-kemungkinan untuk berlaku aneh walau kemungkinan itu sangat kecil. Wilayah ketidakpastian -yang tak bisa diikuti prosesnya- inilah yang disebut sebagai kuantum. Seperti halnya mata uang yang bernilai 50 atau 100 rupiah. Kita tahu bahwa ada nilai 78 rupiah di antara keduanya berdasarkan pembuktian matematis, tapi kita tidak bisa mendapatkan uang senilai 78 rupiah dalam bentuk cash. Nah, pecahan antara 50 dan 100 yang tak bisa dipecahkan itulah kuantum.
Ini bukti nyata bahwa akal manusia tidak mampu mengikuti perbuatan Allah. Karena itulah ada yang namanya takdir yang tidak bisa ditelusuri prosesnya tapi pasti kejadiannya. Saya menyebutnya kuantum kehidupan. Bagaimana menjelaskannya? Sama dengan penjelasan teori kuantum, walaupun tidak secanggih teori Quantum Electrodinamics (QED) yang dilontarkan oleh Richard Feynman (1918-1988).
Bahwa manusia mulai ber-aksi sejak ia dilahirkan. Setiap dia beraksi, selalu ada reaksi yang mengikutinya, dan inilah yang disebut hukum sebab akibat. Hukum ini dikenal sebagai Hukum Newton III dalam dunia gerak. Dari sini, sekan-akan semua kejadian bisa diprediksi dari awal dengan mempelajari setiap aksi yang ada. Setiap orang sangat optimis bahwa kejadian 100 tahun yang akan datang bisa ditentukan mulai sekarang dengan membuat berbagai rencana yang matang; dengan memperhitungkan segala kemungkinan yang harus dilakukan dan yang harus dihindari.
Dalam hal perencanaan dan strategi, ‘Ilmuwan’ adalah ahlinya. Perang Salib, Perang Dunia I, Perang Dunia II telah diklaim bahwa telah direncanakan terlebih dahulu oleh organisasi ‘Ilmuwan’ terbesar di dunia, yaitu Freemasonry. Dalam berbagai literatur bahkan disebutkan bahwa telah direncanakan Perang Dunia III di lembah Armageddon di sekitar daerah Timur Tengah! Seperti yang telah kita ketahui bahwa daerah Timur Tengah selalu dijadikan titik awal berbagai peperangan, mulai Perang Salib, Perang Dunia I dan II, Perang Afghanistan, Perang Bosnia, Perang Kuwait, Perang Irak-Iran, Perang Lebanon, dan lainnya. Mereka ingin menentukan sendiri kapan kiamat akan terjadi!
Sampai saat ini, orang-orang ‘Ilmuwan’ telah berhasil menentukan kapan sebuah negara akan runtuh; kapan seorang presiden akan tumbang; kapan seseorang akan mati; siapa yang akan menjadi juara sepakbola dalam ajang Piala Dunia atau Euro berikutnya; siapa yang akan terpilih menjadi presiden berikutnya; bagaimana cara membuat cloning yang memiliki sifat sama persis dengan induknya; bagaimana cara merusak suatu tatanan kehidupan melalui cara-cara yang tak tampak seperti bisnis hiburan dan narkotika; bagaimana cara mendeteksi perilaku setiap musuh politik di belahan dunia manapun; cara melacak pencuri di ujung bumi di hari yang sepi dan gelap gulita; bagaimana mengubah susunan syaraf otak manusia sehingga perhatiannya ke akhirat menjadi terkikis dan hanya memperhatikan kehidupan dunia; bagaimana cara memperkuat insting dan naluri binatang dalam diri manusia dan menghilangkan efek kimiawi dari sebuah hati nurani; bagaimana cara membuat mesin uang yang tak pernah habis dan tak mungkin rugi. Semua rencana ‘kecil’ itu hanyalah ‘mainan’ bagi Freemason.
Karena itu, mereka bersama para ilmuwannya berusaha sekuat tenaga untuk memahami seluk-beluk alam ini. Mereka ingin memastikan segala sesuatunya melalui hukum-hukum fisika, kimia, dan matematika, karena bidang-bidang itulah yang bisa memberi mereka kepastian tentang segala sesuatu. Sekarang, ketika ada hukum kuantum yang bersifat tidak pasti, Einstein langsung menyatakan ketidak-sukaannya, dan dia mulai mengikutsertakan Tuhan sebagai Zat yang tidak mungkin bermain dadu! Dia putus asa dengan teka-teki ini. Dia kehilangan arah dengan rumus-rumusnya.
Dalam Islam memang telah dipastikan Kiamat akan terjadi dan akan menghancur-leburkan dunia. Para ‘Ilmuwan’ juga percaya itu, tapi mereka tidak suka jika yang menyatakan kebenaran itu adalah Nabi Muhammad yang dapat wahyu dari Allah. ‘Ilmuwan’ lebih suka jika Kiamat itu akan terjadi karena hasil dari hukum alam, melewati suatu proses tertentu, melalui rangkaian aksi-reaksi; dan mereka ingin membuktikan bahwa proses itu bisa diikuti melalui proses fisika, kimia dan perhitungan matematika, sehingga bisa diprediksi dan ditentukan oleh mereka kapan dan di mana Kiamat akan terjadi.
Mereka tidak akan berhenti sampai di sini. Mereka tidak akan berhenti pada Kuantum Elektrodinamika yang telah terbukti mampu menjelaskan segala kejadian di alam ini. Mengapa mereka tidak mau berhenti? Karena teori Kuantum Elektrodinamika (QED) hanya mampu menjelaskan mengapa sesuatu bisa terjadi, tapi tidak mampu menunjukkan bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. QED hanya menjelaskan sebuah fenomena, tapi tidak mampu menciptakan sebuah fenomena. Artinya, ‘Ilmuwan’ hanya akan bisa memahami mengapa Kiamat akan terjadi, tapi mereka tidak mampu lagi memastikan cara bagaimana supaya Kiamat terjadi sesuai dengan keinginan mereka.
Kaum ‘Ilmuwan’ bersama para asistennya telah memikirkan kapan dan bagaimana Kiamat harus terjadi (Armageddon = Perang Dunia Ketiga = Perang Nuklir) dan mereka telah mempelajari bagaimana cara hidup di dalam bumi, di dalam laut, dan di luar angkasa sebagai tempat penyelamatan setelah Perang Armageddon. Allah memang telah memberi mereka kekuatan akal yang luar biasa, tapi sesungguhnya semua itu hanyalah merupakan cobaan bagi kita semua. Bagi mereka (‘Ilmuwan’), apakah mereka akan kembali ke agama Allah setelah tahu bahwa masih banyak ilmu-ilmu yang tak terpecahkan oleh akal mereka, dan mereka hanya akan menemukan jalan buntu? Sedangkan bagi kita (Islam), apakah kita menjadi patah semangat dan terkecoh oleh mereka sehingga kita lebih memilih mengikuti mereka, lalu mengingkari Allah?
Pertanyaannya sekarang adalah seberapa jauh kita mendalami iman dan islam kita? Seberapa dekat kita mengenal Tuhan kita? Mengapa pikiran kita hanya bermain di sekitar rumah, bersama kemalasan dan ketidakseriusan?
No comments:
Post a Comment