Saturday, January 22, 2011

KAMPUNG NAGA 2011


Kampung Naga – Singaparna: Dari exit tol Purbaleunyi (Cileunyi) langsung menuju Garut via Nagreg. Dari Garut Kota, sekitar 25 km kita akan sampai di Kec. Salawu Desa Neglasari. Kampung Naga terletak di sebelah kiri jalan –jika kita datang dari Garut - dengan jalan yang menurun agak tajam ke tempat terminal atau parkiran Kampung Naga. Di tengah lokasi parkiran tersebut ada Prasasti Kujang Pusaka. Agak tidak kelihatan dari jalan raya, disebabkan posisinya yang agak ke bawah dibanding ketinggian jalan raya tersebut. Namun jika naik bis jurusan Jakarta – Tasikmalaya via Garut, pasti akan melewati Kampung Naga.


Biasanya untuk berkunjung ke Kampung Naga, kita harus ijin dulu ke Kepala Dusun. Tahun ini, kami harus ijin ke Pak Hen Hen. Namun, Bapak RT -- Risman, yang sudah menjabat RT selama 11 tahun, menghubungkan kami dengan Ibu Ita. Kita harus mengisi buku tamu yang terdiri atas: Nama, Instansi, Jumlah rombongan, Tanggal survey, dan Tanggal berkunjung.

Bagi rombongan yang menginap, maka rombongan bisa menginap di rumah penduduk. Kita harus membayar uang makan karena penduduk akan memasak buat keperluan kita. Uang itu adalah uang belanja. Biasanya harga sudah ditetapkan besarannya, yaitu sekitar Rp 15.000/makan. Namun harga itu masih bisa dimusyawarahkan. Menu utama yang disediakan biasanya ayam atau telur atau ikan, plus lauk tahu tempe, sayur, sambal, kerupuk, dan buah. Air putih tentu saja juga disediakan. Jika berkenan, pengunjung dianjurkan memberi hadiah sebagai ucapan terima kasih kepada beberapa pengurus kampung, sekitar -- 5 orang, seikhlasnya. Setelah survey untuk memastikan tanggal dan kebutuhan biaya, tim survey bisa membuat kesepakatan selanjutnya via telepon dengan contact person yang ada di Kampung Naga.


Kampung Naga merupakan sebuah dusun tanpa listrik. Mereka lebih memilih menggunakan minyak tanah atau kayu bakar untuk memasak. Pada tahun 2009 Pengurus Kampung Naga sempat menutup diri dari pengunjung atau wisatawan sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena harga minyak tanah mahal. Namun, setelah pemerintah dan penduduk Kampung Naga mencapai kesepakatan tentang bantuan minyak tanah, maka Kampung Naga dibuka lagi. Dari tempat parkir mobil, kita masih harus turun lembah ke Kampung Naga melewati ratusan anak tangga yang cukup curam. Mungkin ketika kita turun kita lebih fokus untuk berhati-hati jangan sampai jatuh ketimbang memikirkan rasa capeknya. Namun bagi yang tidak biasa mendaki, mereka harus bersiap-siap untuk mengeluarkan tenaga ekstra dan pernafasan yang baik ketika harus pulang meninggalkan Kampung Naga karena kita harus mendaki dengan kemiringan yang curam! Kami sendiri terbiasa ngos-ngosan dan berhenti mengatur nafas setiap beberapa puluh langkah. Kampung Naga memiliki 1 masjid, 1 balai dusun, lumbung, beberapa kolam ikan mas, nila, gurami, dan beberapa puluh rumah kayu beratap rumbia setebal sekitar 10 cm. Jalan-jalan di Kampung Naga terdiri atas batu-batu kali, tanah biasa, atau semen campur kepingan batu gunung yang ditata dengan rapi. Sanitasi dan pembuangan sampah di Kampung Naga juga cukup layak dan memadai. Hampir semua air di Kampung Naga dalam keadaan mengalir sehingga sulit bagi nyamuk untuk berkembang biak. Penduduk beternak kambing, sapi. Beberapa hewan ternak merupakan kambing aduan yang satu ekornya bisa seharga satu sapi dewasa yang baik. Bagi wisatawan yang membawa handphone, bisa men-charge baterai di beberapa warung di tempat parkiran yang secara adat telah terpisah dengan Dusun Kampung Naga.

Selamat menikmati seandainya Anda menjadi penduduk Kampung Naga!

Contact person:
RISMAN (RT) – HP: 0852 2339 2618

No comments:

Post a Comment